Senin, 10 Juni 2013

Jangan Menikah dengan Angan-Angan



Tak terasa sudah kurang lebih 6 bulan status hidupku berubah, dari lajang menjadi menikah, dari single menjadi double :). Alhamdulillah selang hanya 1 bulan perrnikahan, Allah langsung mengamanahkan malaikat kecil yang saat ini tumbuh suci di dalam rahimku. Proses pernikahanku berlangsung secara ta'aruf, kebayang dong godaan-godaan sera bisikan syetan yang kerap terlintas sebelum ijab qabul itu berlangsung. Disinilah justru keberserahan dan kepasrahan kami (aku dan suami) diuji sama Allah. Pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana karakter aslinya 'dia', apakah semua yang ditulis di biodata benar dan jujur adanya, atau terkadang terlintas pikiran-pikiran aneh apakah benar ia jodoh yang terbaik untukku, bagaimana nanti kalau ternyata banyak hal yang tidak sesuai harapan? baik dari 'dia' ataupun saya.

Namun, selama proses ta'aruf itu berlangsung, Alhamdulillah Allah masih menjaga hati-hati kami. Kami masih bisa menjaga batasan dalam berinteraksi, sampai khitbah berlangsung, barulah kami tukar menukar nomor handphone dan email. Khitbah kami berlangsung tanggal 14 Oktober 2012, dan pernikahan kami dilangsungkan pada 8 Desember 2012. Selama proses itu, inilah kesempatan kami untuk saling menguatkan di tengah-tengah lintasan-lintasan ataupun prejudice negatif yang akan menghalangi keberlangsungan acara sakral pernikahan kami (namun tetap menjaga koridor syar'i yaa...^^). Abi pun (suamiku) kerap mengirimkan artikel-artikel pernikahan ke inbox ku sebagai wujud penguatan ruhiyah nya kepada diriku. Salah satunya adalah email yang sangat berkesan ini, artikel yang berjudul 'Jangan Menikah Dengan Angan-Angan' dari eramuslim.com. Semoga bisa menjadi manfaat bagi teman-teman semua yang ingin menggenapkan setengah diennya dan mengarungi bahtera rumah tangga... aamiin...

5 November 2012,

Assalamu'alaykum warahmatullaahi wabaraktuh Ukh,
ini ana ada artikel bagus dari eramuslim.com... :)

Siang itu Nadia minta waktu untuk konsultasi kepada guru ngajinya. Kepada Mbak Fida, begitu ia biasa memanggil guru ngajinya, Nadia mulai mengadukan permasalahannya, bahwa sampai saat ini ia belum bisa sepenuhnya ‘cinta’ kepada Ahmad, suami yang baru menikahinya dua bulan lalu.
“Memangnya ada apa dengan Ahmad, Nad?” Hati-hati Mbak Fida bertanya. Maka meluncurlah dari mulut Nadia; “Ya sebenarnya Mas Ahmad itu baik, tapi ada sesuatu yang bagi saya kurang, mbak. Mestinya seorang aktifis pengajian itu hidupnya teratur, tertib, nggak pernah ketinggalan sholat jama’ah di masjid, nggak absen sholat lail, tilawahnya 1 juz setiap hari, selalu bersikap lembut kepada istri, sabar, rapi, bisa jadi teman diskusi dan curhat istri, sempat ngajarin istri, nggak suka nonton tivi, bisa ngambil hati mertua, begitu kan mbak?”
Sambil membenahi buku-bukunya yang berantakan (istrinya sedang keluar rumah dan sepulangnya dari kantor Farhan mendapati rumahnya dalam keadaan ‘porak poranda’), Farhan berkata pada dirinya sendiri, “aku pikir menikahi seorang perempuan berjilbab berarti urusan rumah tangga jadi beres. Mestinya istri itu bisa masak, terampil ngurus rumah, ibadahnya oke, pinter melayani suami, sabar, rajin, lembut, nyambung diajak diskusi, jago ngambil hati mertua…
Nadia dan Farhan boleh jadi mewakili sosok sebagian kita yang memasuki gerbang pernikahan dengan segunung angan-angan tentang sosok pasangan ideal. Tipikal seperti ini biasanya telah memiliki idealisme sendiri tentang pasangan, jauh sebelum hari pernikahan tiba. Idealisme itu begitu menguasai pikiran dan jiwa hingga terus terbawa sampai mereka menikah, dan ketika setelah menikah ternyata pasangannya tidak sebagaimana idealismenya, mereka kecewa dan kemudian cenderung menyalahkan keadaan atau pihak lain.
Memang sah-sah saja kita memiliki idealisme, termasuk idealisme tentang kriteria pasangan. Sayangnya, kebanyakan kita menyangka bahwa sebuah idealisme dapat turun begitu saja dari langit dan menjelma di hadapan kita. Padahal dengan demikian idealisme kita itu akhirnya malah menjadi angan-angan belaka.Idealisme tentang apapun tidak akan terwujud menjadi kenyataan jika tidak diperjuangkan.
Perhatikanlah firman Allah SWT dalam Surat An-Nisaa’ ayat 123: “Pahala dari Allah itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak pula menurut angan-angan ahli kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi balasan dengan kejahatan itu dan dia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Allah.
Kembali kepada Nadia dan Farhan, idealisme mereka tentang kriteria pasangan telah menjadi angan-angan. Mereka mengira dengan menikahi seorang aktifis pengajian atau seorang perempuan berjilbab semua urusan menjadi beres, kehidupan rumah tangga menjadi penuh bunga harum semerbak mewangi, tidak ada kerikil apalagi ombak, pokoknya indah seperti yang dilukiskan dalam buku-buku. Angan-angan itu akan membuat mereka kecewa. Ya, sebabnya adalah seperti kata pepatah, ‘tak ada gading yang tak retak’ atau ‘nobody’s perfect’ (tak ada orang yang sempurna). Tidak ada manusia yang ma’shum (terjaga dari salah dan dosa) kecuali Rasulullah SAW. Semua manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak ada manusia yang pada dirinya hanya terdapat kelebihan saja, sebagaimana juga tidak ada manusia yang di dalam dirinya hanya ada kekurangan. Karena itu membayangkan pasangan kita adalah sesosok manusia tanpa cela hanya karena ia ikhwan atau berjilbab, menurut saya adalah pandangan kurang bijak.
Seorang ikhwan atau perempuan berjilbab adalah manusia biasa. Komitmen dan ketaatan mereka dalam beragama adalah suatu bentuk kesungguhan mereka dalam memproses diri menjadi Hamba Allah yang bertaqwa. Dan merupakan hal yang sangat manusiawi jika dalam menjalani proses tersebut terdapat kekurangan-kekurangan. Karenanya menjadi aktifis pengajian atau perempuan berjilbab itu bukanlah berarti mereka berubah menjadi malaikat yang tidak pernah melakukan kesalahan dan tidak pula berarti mereka menjelma menjadi manusia tanpa cela.
Rumah tangga bahagia yang menjadi syurga bagi penghuninya adalah idaman setiap orang. Tetapi ia akan sekadar menjadi angan-angan bila tidak ada upaya dan perjuangan dari kedua belah pihak -suami-istri- untuk mewujudkannya. Begitu pula halnya dengan keinginan memiliki dan menjadi pasangan ideal yang diidamkan. Ia pun hanya menjadi angan-angan selama kita tidak berusaha memprosesnya menjadi kenyataan. Oleh sebab itulah pernikahan sebenarnya merupakan ladang amal dan jihad bagi orang-orang yang menjalaninya.
Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan beberapa hal: – Harus disadari bahwa yang bernama idealisme itu tidak begitu saja turun dari langit, tetapi harus diperjuangkan. Dengan begitu ketika kita memiliki idealisme tentang pernikahan dan pasangan ideal misalnya, kita sadar bahwa untuk mewujudkannya menjadi kenyataan adalah dengan memperjuangkannya atau dengan kata lain kita siap menjadikan pernikahan kita nantinya sebagai ladang amal dan jihad kita dalam memproses diri menjadi lebih berkualitas.
– Menyadari bahwa idealisme yang menguasai pikiran dan jiwa dapat berkembang menjadi angan-angan belaka. Menikah dengan membawanya serta hanya akan membuat kita menjadi pelamun, mudah kecewa, cenderung tidak bersyukur terhadap apa yang ada, bahkan menjadi orang yang suka menyalahkan keadaan atau pihak lain.
– Ingatlah selalu bahwa kita menikahi pasangan kita dengan segala apa yang ada pada dirinya berupa kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya untuk disyukuri, kekurangannya menjadi ladang jihad kita untuk memperbaikinya karena Allah. Dengan begitu kita tidak akan mudah kecewa terhadap segala kekurangan yang terdapat pada pasangan kita.

– Terakhir, camkan kata-kata ini … “Jangan menikah dengan angan-angan.”
--
Reza Aldiansyah
                           
 *) dedicated for my husband...always be my inspiration and my strength...don't forget that i always love you because of Allah... :)

Mendidik Jiwa Entrepreneur Anak Sejak Dini

Top Ittipat-Billioner yang Berkarakter



Sangat senang rasanya melihat wajah-wajah puas Diena, Shiva, Patrick dan Elliot dari kelompok 3 usai berhasil mengumpulkan hasil jerih payahnya menjual kreasi kain flannel, kentang goreng, sosis dan minuman soda. Sambil menghitung lembar demi lembar uang yang ada di gelas plastik tempat mereka menyimpan uang kala menjajakan dagangannya saat istirahat. ‘’Alhamdulillah, untungnya sampai Rp. 120.000 bu…’’ ujar Diena dengan mata yang berbinar. Ya, ini memang program sekolah khusus bagi siswa kelas 7 guna menggalang dana untuk kegiatan homestay  mereka di kelas 8 (fundraising). Kami sebagai guru hanya memberi mereka modal awal sebesar Rp. 100.000,-, dan mereka mengembalikan uang kepada kami sebesar Rp. 220.000,- dalam waktu seminggu berjualan. Padahal pada saat awal-awal  kami memberikan projek fundraising ini kepada siswa di kelas, respon mereka sempat ragu dan kurang bersemangat. Mungkin karena sebagian besar mereka belum memiliki pengalaman berbisnis serta masih ragu mengelola modal hingga bisa menghasilkan untung yang lumayan untuk dana homestay mereka di luar kota. Namun ketika hasil keuntungan jerih payah mereka sudah ada di tangan, mereka semakin bersemangat, dan bibit-bibit bakat bisnis pun juga terlihat di diri mereka. Strategi-strategi berjualan dan ide-ide brilian secara spontan bermunculan di kepala mereka.

Saya jadi teringat film ‘The Billionaire-Top Secret’ asal negeri gajah putih yang menceritakan kisah nyata perjuangan dan tekad seorang pengusaha muda bernama Ittipat dan akrab dipanggil Top, yang sudah memiliki keinginan untuk berbisnis sejak di bangku sekolah menengah atas. Diawali dengan kesenangannya membuat desain-desain alat untuk permainan game di komputer saat di bangku SMA, Ittipat muda yang awalnya hanya menggunakan alat-alat itu untuk permainan pribadinya tiba-tiba kedatangan costumer pertamanya yang berasal dari Singapura secara online dan sanggup membeli salah satu alat desainnya sebesar 500 dolar Singapura. Berawal dari sana, Ittipat mulai ketagihan berjualan alat-alat permainannya via online. Hingga Ittipat bisa membeli mobil pribadi seharga 600 baht (senilai 200 juta rupiah) dan sudah memiliki tabungan yang nantinya digunakan untuk modal berjualan DVD player, bahkan berjualan kacang. Impian Ittipat untuk menjadi pengusaha muda yang sukses pun menghadapi kendala. Ayah dan ibunya tidak merestui keinginan Ittipat. Orang tuanya hanya ingin Ittipat belajar dan mementingkan pendidikannya sehingga ia bisa melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi negeri di Thailand yang biayanya murah, sehingga orang tua Ittipat bisa membiayai sekolahnya. Orang tua Ittipat berpikir bahwa kegiatan berdagangnya hanya mengganggu belajarnya dan membuatnya tidak fokus di sekolah. Namun dengan kegigihan Ittipat dalam meyakinkan orang tuanya serta kerja kerasnya, akhirnya Ittipat mampu meluluhkan kedua orang tuanya. Kesuksesan Ittipat pun sekarang bisa kita nikmati dengan camilan rumput laut ringan yang saat ini sedang trend di kalangan anak muda, yaitu Tao Kae Noi yang ternyata artinya adalah ‘pengusaha muda’. Film ini menceritakan perjuangan Ittipat memenuhi passion dan impian hidupnya untuk menjadi pengusaha muda yang sukses. Dengan perjuangan dan kerja kerasnya Ittipat berhasil mengantarkan brand makanan ringannya masuk ke pasar minimarket ‘Seven Eleven’ (Sevel) yang tengah menjamur di Thailand saat usianya 19 tahun. Hingga ia berhasil membayarkan hutang ayahnya sebesar 400 juta baht. Kemudian pada usia 26 tahun, ia sudah memiliki penghasilan sebesar 800 juta Baht per tahun dan mempekerjakan 2.000 staf serta memiliki perkebunan rumput laut di pesisir Negara Korea Selatan. Film ini benar-benar mengubah paradigma saya bahwa untuk berbisnis itu tidak perlu ‘bakat-bakat’an yang diturunkan lewat DNA orang tua, namun bakat itu akan muncul dengan sendirinya jika tekad benar-benar sudah bulat, bahkan bakat berbisnis itu bisa kita pupuk sejak dini dalam diri si kecil.

Sudah sangat kelewat bangga rasanya walau hanya sebatas membayangkan buah hati atau anak didik kita bisa menjadi pengusaha sukses seperti tokoh Top Ittipat ini, namun hal itu ternyata tidak semata-mata bisa diperoleh dengan sekejap mata dalam waktu yang singkat. Perjuangan dan pengorbanan yang dibekali dengan kerja keras, pantang menyerah dan do’a orang-orang tercinta ternyata menjadi modal utama. Perjalanan tokoh Ittipat meraih kesuksesan tidak semulus yang kita kira, berbagai rintangan silih berganti datang. Namun hal tersebut tak menyurutkan langkah Ittipat untuk meraih cita-citanya menjadi pengusaha muda sukses. Ittipat mengajarkan kita untuk selalu pantang menyerah dan optimis terhadap mimpi. Ketika kita mengajarkan anak untuk berbisnis atau berwira usaha, ternyata banyak nilai-nilai karakter juga yang bisa anak dapatkan selain bonus berupa keuntungan dalam bentuk financial tentunya.

Sebenarnya sudah sejak zaman dahulu kala para pendahulu kita telah menurunkan keterampilan berdagang atau wirausaha kepada generasi penerusnya. Misalnya Nabi Muhammad saw, sejak kecil beliau telah dididik supaya memiliki sifat tanggung jawab. Hal ini dilakukan dengan memberikannya tanggung jawab berupa hewan-hewan gembala yang harus setiap hari dirawat. Pagi hari dikeluarkan dari kandang, kemudian hewan-hewan itu digiring menuju padang rumput, sorenya kembali dipulangkan menuju kandangnya. Menginjak remaja, Nabi Muhammad saw sudah diajak pamannya, Abu Thalib berdagang, di dalam negeri hingga ke luar negeri. Dengan berdagang itulah beliau terkenal dengan gelarnya, Al-Amin, yang dapat dipercaya. Dari berdagang pula beliau memiliki jaringan yang luas. 

Mari belajar juga dari saudara kita keturunan Cina. Para orang tuanya mendidik anak mereka untuk ikut terlibat dalam proses usaha orang tuanya. Dapat kita temukan di toko-toko, dimana sang anak, sambil membawa buku sekolahnya ikut memberikan pelayanan kepada para pembeli di tokonya, atau menjadi kasir di tokonya. Mereka telah berhasil mengesampingkan perasaan minder. Maka, ketika sang anak telah beranjak dewasa, sang anaklah yang menggantikan posisi orang tuanya. Coba simak cerita para pengusaha yang disuguhkan Jawa Pos dalam bab Metropilis kolom pengusaha-pengusaha. Perusahaan-perusahaan mereka (orang-orang Cina) telah mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan. Mulai dari nenek moyang hingga cucu mereka. Lihat saja jamu Nyonya Meneer, atau show room mobil ataupun motor, dan sebagainya.

Maka, jika anak dikenalkan dengan berwira usaha sejak dini, anak akan belajar kemandirian, manajemen diri, pantang menyerah, kreativitas, self-control (kontrol diri), menghargai uang, waktu, orang tua bahkan diri sendiri.

Tak mudah memiliki mental seorang entrepreneur. Memiliki jiwa entrepreneur, berarti mendorong adanya mental yang mandiri, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, dan tak mudah menyerah, seperti layaknya seorang wirausaha ketika memulai usahanya dari bawah. Alangkah baiknya jika sifat-sifat ini ditanamkan pada anak sejak dini untuk membantu mereka sukses menjalani seluruh kehidupannya.

Adapun beberapa cara kita untuk mendidik jiwa entrepreneur anak adalah dengan cara berikut:

1. Mengenalkan anak uang sejak dini secara positif.
Salah jika kita berpikir untuk menunggu sampai anak besar baru dikenalkan pada uang. Justru kenalkan anak nilai dan nominal uang sejak kecil agar mereka bisa tahu bahwa untuk mendapatkan uang butuh perjuangan. Namun, yang harus diperhatikan adalah cara yang digunakan haruslah sesuai dengan usia si anak.  Orangtua bisa memberi contoh kepada anak untuk menabung atau mengajak anak berbelanja dan mengenalkannya dengan harga-harga. Ketika anak-anak sudah kenal uang dan perjuangan untuk mencari uang, mereka akan lebih berhati-hati ketika meminta sesuatu kepada orangtuanya.

2.       Didik anak untuk menabung uang sakunya sendiri
Hal ini bertujuan membiasakan anak hidup hemat. Sifat hidup hemat yang ditanamkan sejak kecil akan berdampak baik sampai ia dewasa. Dengan ini anak juga akan lebih bisa menghargai uang.

3.       Tidak terlalu memanjakan anak untuk menuruti semua keinginannya, ajarkan anak untuk lebih sabar dan mandiri dalam memenuhi keinginannya.
Didik anak untuk mandiri dan tidak terlalu sering merajuk. Boleh-boleh saja sesekali menuruti permintaannya, tetapi jangan terlalu mudah terbujuk rengekan atau tangisannya ketika meminta sebuah barang. Ajarkan ia untuk bersabar ketika meminta sesuatu, atau minta saja ia menabung uang jajannya sendiri untuk membeli mainan tersebut. Beri pengertian kepadanya bahwa untuk mendapatkan mainan butuh uang dan harus ditabung terlebih dulu. Karena, menurut penelitian, anak yang mampu meredam keinginannya dan bersabar ternyata lebih pintar daripada anak yang tidak biasa bersabar. Mengajarkan anak untuk bersabar sekaligus akan melatih kemandirian dan tanggung jawabnya untuk mampu mengendalikan diri serta emosionalnya.

4.       Memberi kepercayaan dan bimbingan terhadap anak dalam mengatur cash flow  uang sakunya sendiri (manajemen financial).
Ketika anak sudah mengerti tentang nilai uang dan cara menghitungnya, saat inilah waktu yang sangat tepat untuk membina anak agar lebih bijak mengelola keuangannya. Ayah bunda bisa mencoba memberikan uang saku anak secara mingguan bahkan bulanan jika anak sudah beranjak agak remaja. Kemudian mintalah ananda untuk merencanakan pengeluarannya setiap minggu atau bulan tersebut, alangkah lebih baik jika anak selalu mencatat pemasukan dan pengeluaran uang sakunya setiap minggu atau setiap bulan. Dengan ini anak lebih mampu mengontrol diri dalam setiap pengelauaran keuangannya.

5.       Mulai bekali anak dengan ilmu berdagang (entrepreneurship).
Selanjutnya, seiring dengan bertambahnya usia, biasanya anak akan menuntut uang saku yang lebih kepada orang tua. Dari sini ayah bunda bisa mengenalkan anak tentang konsep berwirausaha, bahwa penambahan uang saku akan lebih seru dan menyenangkan lho kalau berasal dari jerih payah kita sendiri secara mandiri, yaitu dengan berdagang atau wirausaha.  Ayah bunda bisa men-support anak di awal dengan memberikan modal yang cukup. Namun jika anak sudah berhasil menyisihkan uang sakunya setiap bulan untuk ditabung, ayah bunda juga bisa mulai mengenalkan anak tentang cara mengumpulkan modal.

6.       Mengembangkan potensi dan minat anak ke dalam dunia entrepreneur.
Anak akan lebih enjoy dan menekuni suatu hal yang bisa menjadi daya tarik bagi dirinya. Kegemaran dan hobby sang anak bisa menjadi potensi emas dan pintu awal bagi orang tua dalam mengenalkan dunia berwirausaha. Misalnya jika anak pandai menggambar kartun, ayah bunda bisa memotivasi ananda untuk membuat komik, selanjutnya jika banyak orang yang menyukai komik ananda, ayah bunda bisa memberikan saran kepada ananda untuk coba menjual komiknya untuk menambah uang sakunya. Hal ini bisa diterapkan terhadap potensi ananda yang bersifat lebih ke keterampilan, seperti menjahit, menganyam, memasak, dan lain sebagainya. Namun alangkah lebih baik jika di awal, ayah bunda lebih fokus mengembangkan potensi dan bakat ananda terlebih dahulu dibanding memaksakan ananda untuk mengubah bakat dan minatnya ke dalam peluang bisnis. Khawatir ananda akan merasa tertekan dalam menjalankan bisnis bukannya enjoy dan menikmatinya. Lakukan secara perlahan dan terarah yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan skill anak, sehingga anak akan lebih menikmati proses berwirausaha.

7.       Pupuk rasa percaya diri anak dengan motivasi dan afirmasi positif.
Adakalanya ketika memulai berwirausaha seseorang pasti diliputi rasa khawatir dan ragu akan keberhasilannya. Begitupun anak-anak, namun ada beberapa tipe anak juga yang cukup nekat dan percaya diri untuk mulai berdagang. Bagi anak yang masih pesimis dan ragu akan keberhasilannya dalam berdagang, jangan pernah bosan untuk memberinya kalimat motivasi dan dorongan, bahwa semua orang pasti bisa dan punya jiwa berwirausaha, dan tidak semua orang juga bisa langsung berhasil. Ajarkan anak untuk selalu optimis, dan menghadapi hidup ini dengan penuh perjuangan, bahwa dalam kehidupan ini pasti ada kegagalan dan keberhasilan, namun kegagalan itulah awal dari keberhasilan. Jika di awal berdagang anak hanya mampu membawa hasil yang lebih kecil dari modalnya, tidak perlu menyalahkannya, justru besarkan hatinya bahwa esok hari pasti akan berhasil dan bimbing anak juga untuk interospeksi diri setelah berdagang. Dengan begini, anak akan belajar untuk menjadi pekerja keras dan pantang menyerah. Namun bagi anak yang over pede atau nekat di awal, ajarkan mereka untuk bersikap lebih hati-hati dan tanamkan ke mereka bahwa dalam berbisnis ada strateginya lho.

8.       Memfasilitasi dan menerjunkan anak untuk mulai berwirausaha.
Belajar tanpa praktek memang sangat sulit dan terlihat abstrak. Begitupun dengan anak-anak, mental wirausaha anak akan semakin terpupuk ketika ia benar-benar merasakan untuk terjun langsung ke dunia bisnis. Belajar bagaimana memupuk modal, memilih target pasar, observasi ke pedagang lain atau pesaing bisnis, mengatur strategi berdagang atau marketing, serta bagaimana memberi pelayanan yang terbaik terhadap pelanggan, adalah hal-hal atau pengalaman yang mungkin bisa langsung dihadapi anak ketika ia terjun langsung menjadi wirausahawan. Dalam hal ini contoh dan keteladanan dari orang tua biasanya akan lebih berpengaruh terhadap pemupukan mental wirausaha anak.  Namun tidak menutup kemungkinan juga anak memiliki mental wirausaha yang muncul dengan sendirinya tanpa inspirasi dari ayah bundanya, seperti tokoh Ittipat dalam film The Billionaire tadi. J


Riera, 2012

Strategi Pendidikan Karakter Rasulullah


Maraknya kekerasan di Indonesia membuat banyak kalangan merasakan keresahan mendalam. Berbagai konflik, bencana dan masalah melanda Republik tercinta. Paling menyedihkan tentunya konflik antar kelompok beragama dan kalangan muda. Budaya tawuran antar kampung, pelajar, mahasiswa dan suku masih terjadi.
Kita pantas bertanya, mengapa Indonesia menghadapi krisis kronis dan mengalami erosi moralitas. Perilaku positif hilang termakan zaman digantikan produksi perilaku negatif yang cenderung destruktif. Harga manusia dijual murah, penghilangan nyawa dianggap biasa dan budaya kecurigaan antar kelompok sangat tinggi.
Merespon fenomena itu, kita layak bertafakur dan merumuskan kembali sendi kehidupan agama dan kesalehan kolektif yang memudar. Salah satunya mengembalikan kembali posisi ajaran Islam yaitu Al – Qur’an dan Hadits Rasulullah secara proporsional, mengakar kuat dan mampu dirasakan sentuhannya dalam kehidupan masyarakat. Ada baiknya, kita juga kembali belajar membaca ulang bagaimana peri kehidupan teladan terbaik yaitu Rasulullah SAW. 

Menumbuhkan Karakter Islami
Dalam kacamata kaum muslimin, gejala yang merusak di masyarakat akibat hilangnya karakter dan kepribadian Islami. Kita kecanduan produk Barat yang hedonistik, serba bebas dan berkiblat kesenangan duniawi. Konsep permissif itu berdampak rusaknya tatanan kehidupan sosial, kacaunya moralitas dan mengendurnya nilai kebersamaan antar individu.
Jelas, ini konsepsi yang bertentangan dengan nilai Islam yang mengatur tawazun (keseimbangan) kehidupan dunia dan akhirat. Rasulullah SAW dalam membentuk generasi pilihan sangat mengintensifkan tiga kecerdasan yaitu emosional, spritual dan intelektul. Hasilnya dapat dirasakan dimana banyak dilahirkan pejuang Islam hebat seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan sahabat lainnya.
Ada beberapa prinsip strategis pembentukan karakter Rasulullah kepada para sahabat sebagai generasi penerusnya.

Pertama, Rasulullah SAW sangat fokus kepada pembinaan dan penyiapan kader. Fakta itu dapat dilihat sejak beliau mulai mendapatkan amanah dakwah. Tugas menyebarkan Islam dijalankan dengan mencari bibit kepemimpinan unggul berhati bersih. Dakwah beliau fokus tidak menyentuh segi kehidupan politik Makkah. Selain faktor instabilitas dan kekuatan politik, perjuangan dakwah memang difokuskan nilai pembinaan.
Dirinya berusaha menanamkan karakter kenabian yaitu siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fatonah (cerdas). Rumah Arqam bin Abil Arqam menjadi saksi bagaimana ahirnya kepemimpinan Islam dilahirkan. Point penting pertama pendidikan karakter adalah fokus, bertahap dan konsisten terhadap pembinaan sejak dini.

Kedua, mengutamakan bahasa perbuatan lebih baik dari perkataan. Aisyah menyebut Rasulullah SAW sebagai Al-Qur’an yang berjalan. Sebutan itu tidak salah, mencermati Sirah Nabawiyah menjadikan kita menuai kesadaran rekonstruksi pemikiran dan tindakan Rasulullah SAW. Beliau berbuat dulu, baru menyerukan kepada kaumnya untuk mengikutinya. Kesalehan individu berhasil membentuk kesalehan kolektif di masyarakat Makkah dan Madinah.
Sesungguhnya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah” (QS 33 : 21)
Ketika berdakwah di masyarakat Thaif dirinya mendapat perlakuan buruk dilempari kotoran. Pada saat itu datanglah Malaikat Jibril menawarkan jasa. “Hai muhammad jika engkau kehendaki gunung yang ada dihadapanmu ini untuk aku timpahkan kepada penduduk Thaif, niscaya sekarang juga aku lakukan.” Nabi menjawab “Jangan Jibril, semua itu dilakukan mereka karena ketidaktahuan mereka” kemudia nabi berdo’a “allâhumahdî qaumî fainnahû lâ ya’lamûn” “Ya Allah berikanlah hidayah kepada kaumku sesungguhnya mereka tidak mengetahui” Alhamdulillah, Allah SWT mendengar doanya, masyarakat Thaif banyak menjadi pengikut Islam. Point penting kedua, berikan keteladanan baru mengajak orang lain mengikuti apa yang kita lakukan.

Ketiga, menanamkan keyakinan bersifat ideologis sehingga menghasilkan nilai moral dan etika dalam mengubah masyarakatnya. Beliau meluruskan kemusyrikan mereka dengan mengajarkan kalimat tauhid yakni meyakini Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Karakter tauhid menghasilkan pergerakan manusia yang dilandasi syariat Islam dalam menjalankan kehidupan. Mengutip Nur Faizin (Republika, 13/10)
Pendidikan karakter yang terpenting adalah pendidikan moral dan etika. Rasulallah SAW sendiri pun menegaskan hal itu dalam sabdanya, "Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak karimah." (HR Ahmad dan yang lain). Menumbuhkan kembali akhlak karimah haruslah menjadi kompetensi dalam proses pendidikan karakter setiap bangsa.
Akhirnya karakter itu harus memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Rasulullah SAW sudah memberikan teladan itu dengan membangun pendidikan berbasis moral dan etik. Pembangunan pendidikan dapat dimulai dari Pesantren, Kampus dan Sekolah sebagai tempat subur pembinaan sekaligus pemberdayaan karakter generasi muda. Karena dengan moral yang baik dan etika yang berlandaskan ideologi yang benar akan membentuk komunitas masyarakt bangsa yang rahmatan lil alamin.



Karena Aku Adalah Perempuan


Karena aku adalah perempuan...
aku bukanlah tulang punggung,,,
tapi aku tulang rusuk....
tanpa aku dunia sesak bernapas....

Karena aku adalah perempuan....
aku bukanlah nahkoda...
tetapi aku adalah penunjuk arah mata angin....
tanpa aku dunia tersesat....

Karena aku adalah perempuan...
aku bukanlah ujung tombak...
tapi aku tiang negara...
tanpa aku dunia roboh...

Aku bukan panglima yang memimpin banyak serdadu...
tapi aku mampu melahirkan banyak serdadu....

Karena aku perempuan,,,,
Aku bangga menjadinya.........

by: riera (June 14th 2009)

dedicated 4 my mom.....whu was borned 4 warrior princess, without a prince....mamaku perempuan 

In The Name of Love

In The Name of Love
(one of my poetic appreciation from my boxes)

Atas nama sang surya yang tak pernah lelah menghangatkan makhluk-Nya di bumi, dan rembulan yang tak pernah mengeluh meninabobokan makhlukNya saat gelap menyelimuti....
Atas nama bunga yang mengembang sepanjang musim setelah tugasnya menebar wangi usai....
Atas nama hujan yang turun ke bumi penyubur beragam flora pendzikir semesta,
dan pelangi yang senantiasa tak pernah bosan muncul di penghujung nyanyian hujan, dengan ikhlas menghibur semesta dengan warna-warna yang abadi....

Dan semua atas nama cinta..........

Cinta yang agung yang mengiringi setiap pengorbanan....
Segala pengorbanan yang di tata dengan keikhlasan .....
Cinta yang tak sekedar cinta....

Cinta yang tak lebih rendah dari sebuah hasrat yang muncul di antara sepasang burung merak yang dilanda asmara...
Cinta yang tak lebih rendah dari tarian seekor cendrawasih jantan yang merayu betinanya...
Cinta yang tak lebih rendah dari rayuan seorang pujangga untuk seorang gadis di tepi jendela...
Cinta yang tak lebih rendah dari sekuntum mawar perlambang hasrat sepasang kekasih di peraduannya...

Karena....,

Cinta setara dengan pengorbanan seekor laba-laba raksasa betina yang mempersembahkan raganya untuk disantap ramai-ramai bagi bayi-bayinya yang baru beberapa menit ia tetaskan...
Cinta setara dengan waktu yang dilalui seekor penguin jantan yang menjaga telur sang betina hingga menetas...
Cinta setara dengan jejak-jejak langkah kaki ibunda Ismail di pasir antara bukit Safa dan Marwah...
Cinta setara dengan bahtera Nuh yang mampu menaungi beratus pasang satwa dari amukan semesta berupa air yang tak berkawan...
Cinta setara dengan lebam-lebam ngilu di lutut baginda Rasulullah untuk bermunajat kehadiratNya berkali-kali tanpa resah...
Cinta setara dengan tiap tetesan air mata dari seorang Bunda yang terharu menghitung jari jemari bayinya yang sempurna...
Cinta setara dengan tiap tetesan keringat menganak sungai dari sang Ayah yang mencari segenggam beras demi raungan perut anak-anaknya di bawah terik mentari...
Cinta setara dengan tiap harapan Ayah Bunda kepada anak-anaknya yang berjalan tertatih dan baru mengenal dunia...
Cinta setara dengan tiap udara yang berseling keluar masuk memenuhi kantung-kantung paru manusia,
Atau setiap detak jantung yang mengembang dan mengempis tiap detiknya...
Yang tidak kita minta atau bahkan sering kita acuhkan...namun memberi kita aura kehidupan...

Kehidupan yang berawal dari cinta...
Cinta yang Maha Tinggi...
Adalah cinta dari Maha Penggenggam jiwa...
Sebuah cinta yang tak akan meninggalkan seorang hambaNya ...
hingga mau memeluk erat hambaNya sehingga lebih dekat dari urat leher hambaNya sendiri...
yang lari mendekat ketika hambaNya baru selangkah mendekat...

Jika dalam tiap sujud tak ada cinta kepadaNya...
Lebih baik aku menjadi musafir sepanjang hayat yang berkelana mencari cintaNya...
Jika dalam tiap taubat tak ada cinta untuk Nya...
Lebih baik aku menjadi debu yang diterpa angin daripada tak mendapat pengampunanNya...
Jika dalam tiap ukhuwah tak ada cinta kepadaNya...
Lebih baik aku menjadi rantai besi yang membelenggu setiap jiwa yang tangannya enggan saling berjabat...
Jika dalam tiap kelahiran tak ada cinta dariNya...
Lebih baik aku menjadi air mata tangisan seorang bayi lemah yang merindukan kasih sayang...
Jika dalam tiap kematian tak ada cinta dariNya...
Lebih baik aku menjadi beribu-ribu ton tanah yang menutupi tiap liang kubur, penghalang bagi setiap jiwa yang akan kembali padaNya...
Jika dalam tiap ibadah tak ada cinta kepadaNya...
Lebih baik aku menyempurnakan dienku dengan bermunajat seumur hidup di dalam mihrabku...

Untuk setiap jiwa yang merindukan cinta...
Cinta yang Maha Agung, Maha Tinggi...
Cinta yang hakiki....
Cinta dariNya,,,,
Allah ya Rabbul izzati...

By: riera ‘march girl’

(dedicated for my self sebagai pengingat and for all my sister: i love you coz Allah....semoga kita dapat mengartikan cinta yang merelungi setiap hati kita dengan cinta yang lebih hakiki..., pun mesti berusaha sekuaaat tenaga.....Allahu Akbar... ^__^)


Self Defense



,,,,Assalamu'alaykumm...tok...tok...tok,,,,mampir lagiy ahh…
Sambil ngeteh or ngopi di pagi hari,,,,cuma mau kasih tau salah satu ilmu Biologi nih....hehehe. Teruntuk semua saudarikuw yg kucintai karena keimanan kita sist…^__^

Kita semua tahu hewan ada yg bermacam2....satu hewan saja, misalnya ikan saja punya beraneka ragam jenis,,,dgn berbagai famili, berbagai marga dan berbagai spesies... Dan tahukah saudarikuu…semakin indah dan langka bentuk dan warna hewan tersebut....dia akan memiliki sebuah 'self-defense' tersendiri,,,or pertahanan diri, terutama hewan yg berukuran kecil... Terlihat 'lemah' tp sbnrnya punya 'power' tersendiri utk menghindar dr pemangsanya. Pertahanan diri ini merupakan manifestasi tersendiri dari sebuah pola interaksi makhluk hidup yang kita kenal dengan predasi (pemangsaan). Ketika ada pemangsaan, pasti ada pertahanan diri… Karena alam ini begitu seimbang diciptakan… Tidak semua makhluk mau dalam posisi ‘mangsa’, tidak semua hewan mau dilahap bulat-bulat tanpa ada perlawanan, dan tidak semua manusia mau dalam posisi ‘ditindas’. Pasti ada perlawanan, pasti ada pertahanan diri. Allah sudah mengatur semuanya sedemikian rupa, sehingga keseimbangan ekosistem dapat terus terpelihara. Tidak ada hewan yang benar-benar pasrah mau dimangsa oleh musuhnya. Jika terus-terus seperti itu kepunahan akan menjadi sebuah keniscayaan. Kalaupun ada hewan yang pertahanan dirinya lemah, pasti jumlah populasinya lebih banyak dibanding hewan unik nan langka yang memiliki suatu pertahanan diri khusus.

Pertahanan diri hewan juga bermacam-macam loh teman…. Ada yang menghindari musuhnya dengan pola penyamaran (kamuflase) , seperti bunglon dan katak pohon canyon yang dikenal dengan pewarnaan tersamar (cryptic coloration). Ada yang mempertahankan diri dengan menghasilkan zat kimiawi beracun, seperti ular dan beberapa hewan laut. Dan biasanya ditunjukkan juga dengan pola pewarnaan aposematik (aposematic coloration), yakni suatu teknik pewarnaan tubuh yang memberikan sinyal bahwa hewan tersebut adalah hewan beracun. Mmmmh,,,misalnya gurita cincin biru (Haplochaena maculosa). Gurita ini berbeda dengan gurita lain, warnanya sangat indah….memiliki warna biru terang dan kuning yang berseling dan memendarkan cahaya. Eits…tapi hati-hati, justru karena warnanya yang ‘cantik’ dan ‘indah’ itu dia punya racun yang sangat dahsyat. Mampu mematikan musuhnya dalam sekali sengatan. Sleppp… Memang pertahanan diri seperti ini lebih banyak dipakai hewan-hewan laut yang ‘cantik’. Karena keanekaragaman hayati bawah laut tampak lebih nyata ketimbang darat dengan banyaknya warna-warni dan bentuk spesies yang beraneka macam. Gag heran juga banyak orang yang rela membayar harga tinggi untuk sekedar ber-diving atau snorkling dengan peralatan yang cukup mahal. Bahkan jika sedang bernafsu, terkadang ingin juga memiliki keindahan alam bawah laut itu dengan mengoleksinya di akuarium rumah… Bahkan ada yang sampai mencuri terumbu karangnya atau pun mengambil makhluk-makhluk ‘cantik’nya. 

Pertahanan diri yang lain adalah mimikri. Mimikri itu sebenarnya merupakan suatu peniruan hewan yang menghasilkan kemiripan superficial dengan spesies lain (yang menjadi model peniruannya). Dan hewan yang ditiru itu adalah hewan yang berbahaya atau tidak dapat dimakan, artinya punya ‘self-defense’ tersendiri. Misalnya seperti memiliki sengatan beracun atau berbisa. Pola mimikri ini biasanya di pakai beberapa jenis ular. Ular yang tidak berbisa, kecil dan lemah biasanya akan meniru warna dan bentuk ular yang berbisa, sehingga tampak lebih ‘high-level’ (padahal mah copycat, alias imitasi….hehehe, hebat ya hewan ternyata bisa ngebajak juga,,,,:D). Tapi biasanya ukuran hewan yang meniru atau bermimikri lebih kecil dibanding hewan yang ditirunya. Jadi hewan yang bermimikri ini sebenarnya tidak punya self-defense tersendiri yang khusus. Tapi justru dengan peniruan atau mimikrinya ini mereka jadi memiliki ‘self-defense’ yang mudah dan tak kalah uniknya (plus,,,dengan harga terjangkau….en diskon 10%,,,hehe ;D). Tak perlu repot-repot punya zat beracun atau bisa, cukup meniru hewan yang berbisa,,,,dia akan dengan mudah terhindar dari musuh.

Mungkin teman-teman bertanya sebenarnya arah tulisan saya ni kemana sih? Hehehe…. Mmmmh,, begini saudariku yang ‘cantik-cantik’. Cerita-cerita tentang pertahanan diri hewan-hewan makhluk ciptaan Allah diatas sebenarnya dapat menginspirasi kita. Bahwa semakin ‘cantik’ dan ‘indah’ makhluk ciptaan Allah pasti punya ‘self-defense’ tersendiri yang khusus. Bayangkan jika makhluk-makhluk Allah yang indah dan cantik tersebut pasrah dan rela di makan pemangsanya…. Pasti semuanya akan mudah punah. The real extinction will appear immediately. Hmmm…tentunya kalau begitu akan mengganggu stabilitas ekosistemnya kan? Sampai sini pasti teman-teman sudah paham maksud saya.

Saudariku….kecantikan dan keindahan yang Allah ciptakan adalah kekayaan dan sesuatu yang berharga di alam ini. Dan hal itu juga Allah karuniakan kepada kita, wanita. Wanita berbeda dengan pria dalam hal fisik or penampakan luar. Semua hal-hal indah ada ditubuh wanita. Bahkan kalu kata John Mayer,,,you’re body is wonderland. Saya tidak akan bercerita panjang lebar mengenai asal muasal penciptaan wanita mengapa bisa terlihat lebih mempesona dan ‘aduhai’ dibandingkan kaum Adam. Bahkan ada satu riwayat yang megisahkan bahwa syetan menaruh anak-anaknya pada leher, pinggul dan kaki wanita pada saat berjalan, agar kaum pria tertarik. Lama-lama kalau kaum pria terus menerus mengikuti hawa nafsu syahwatnya…..mereka bisa menjadi ‘predator’ yang beringas bagi kita saudariku…(hehe…). Namun bukan berarti kita menyalahkan kaum pria, karena memang dengan azas keseimbangan itulah, Allah menciptakan kaum Adam dengan hati yang mudah goyah dalam nafsu syahwat. Seperti pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri r.a. : “Sesungguhnya, dunia ini hanyalah ibarat sebuah manisan yang berwarna hijau. Dan sesungguhnya Allah swt menciptakan kalian sebagai khalifah di muka bumi. Dia melihat semua perbuaan hamba-hamba-Nya. Maka takutlah (berhati-hatilah) kalian kepada dunia dan wanita, karena cobaan pertama yang dialami oleh Bani Israel berasal dari wanita.” (H.R. Bukhari). Hmmm,,,susah juga ya ternyata jadi wanita. Tapi jangan khawatir saudariku…..Allah begitu sayang kepada kita kaum wanita sehingga memberikan inspirasi yang sangat berharga ini dari alam.

Yaaa….bahwa kita harus punya cara agar sifat ‘predator’ kaum pria tidak muncul, hehehe…. Ya! Bener banget…..kita harus punya ‘self-defense’ tersendiri agar nafsu syahwat tidak timbul. Banyak kasus pemerkosaan, pelecehan seksual, dan penindasan kaum perempuan di mass media yang mungkin muncul karena kita sendiri sebagai kaum perempuan gag punya pertahanan diri sendiri. Allah ya Rabbul izzati sangat sayaaaang pada kaum muslimah sehingga menurunkan suatu perintah ‘self-defense’ tersendiri yang membedakan muslimah dengan kaum yang lain, yaitu jilbab. Tapi mungkin di zaman sekarang, syetan semakin punya trik dan cara yang canggih menggoda manusia, sehingga dengan jilbab pun kadang tak cukup. Kita harus punya ‘self-defense’ tersendiri dari dalam saudarikuuu…. 

Banyak contoh-contoh ummul mukminin kita, para shahabiyah yang lembut, berani namun tegas. Misalnya Aisyah r.a yang mampu menjaga kehormatan dirinya sepanjang jalan bersama Shafwan bin al-Mu’attal ketika tertinggal oleh rombongan kafilah dalam sebuah perjalanan. Yang selanjutnya sempat menimbulkan suatu berita kebohongan (hadietsul ifk). Atau seperti Asma binti Yazid, yang memiliki ‘self-defense’ berupa retorika dan kecerdasannya sehingga dijuluki sebagai Khatibah An-Nisa (seorang wanita yang pandai berkhotbah). Bahkan Asma pernah ikut dalam perang Yarmuk dan berhasil membunuh 9 prajurit Romawi dengan tiang tendanya…. Subhanallaaaah…. Dan bukan hanya Asma binti Yazid seorang shahabiyah yang pernah bertempur di medan peperangan. Masih banyak shahabiyah ummul mukminin kita yang patut menjadi contoh ‘keperkasaan’nya. Misalnya Ummu Sulaim, Ummu Sinan dan Ummu Salamah yang berangkat ke perang Khaibar. Dan masih..masih banyak lagi saudariku,,,,contoh ‘pertahanan diri’ dari para shahabiyah dalam menjaga harga diri dan kehormatannya. 

Sekarang tibalah kita untuk memilih ‘self-defense’ seperti apa yang hendak kita pakai. Namun, apapun itu haruslah bertujuan menjaga harga diri dan nama agama, orang tua , keluarga bahkan jati diri sebagai seorang muslimah. Kita harus berusaha sekuat tenaga menjadi makhluk ‘unik’ dan ‘langka’ yang berharga nilainya dengan ‘self-defense’ tersendiri. Bukan menjadi makhluk yang lemah seperti kebanyakan wanita yang populasinya banyak tapi cepat ‘punah’. Karena yang berharga dan bernilai tinggi hanyalah mereka yang paling ‘indah’, ‘cantik’ dan langka. Gag perlu khawatir takut gag ada yang ‘suka’, karena ketegasan seorang muslimah bukan ‘jutek’ or ‘galak’…tapi ketegasannya dibalut dengan kelembutan mempertahankan harga diri. Karena sebagai seorang muslim kita tetaplah sebagai rahmatan lil ‘alamin. Jangan buat orang disekeliling kita malah dirugikan oleh ‘self-defense’ kita yang terlalu over. Pokoknya tenag aja deh,,,,kalau yang ‘langka’ pasti bakalan banyak yang nyari….hehehe. Ada orang utan, cendrawasih, badak bersula satu, harimau Sumatera, katak serasah, paus biru, beruang grizzly, beruang kutub, penguin, dan lain sebagainyaaaa…… (lho emang kita binatang apa?hehe :D)

Okey gals…..,sekarang tinggal pilih…..pertahanan diri yang bagaimana yang mau kita pakai…. Dan saudarikuuu…..neraka bukanlah untukmu…..bukan untuk kitaaa……wallahu’alam bishowab…

Ketegasan mu umpama benteng Negara dan agama…
Dari di robohkan dan jua dari dibinasakannya…
Wahai puteriku sayaaang…
Kau bunga terpelihara…
Mahligai syurga itulaaah tempatnya …
(Nasyid Hijjaz)

By: riera (Jan’2010)